Rabu, 20 Juni 2012

Senjata-Senjata hebat pasukan muslim

Selama Perang Salib yang terjadi hingga berabad-abad, banyak sekali terjadi perang besar dan menggunakan senjata yang sangat canggih pada masa itu. Berikut ini adalah senjata legendaris Perang Salib yang digunakan oleh Pasukan Muslim :




1. Mohammed's Great Gun

          Meriam Raksasa Legendaris ini digunakan oleh Kerajaan Turki Ustmani untuk merebut kembali Kota Konstantinopel pada tahun 1453 dari tangan Pasukan Salib (Crussaders).

          Artileri super berat ini sebenarnya bernama “The Great Turkish Bombard” atau juga dikenal dengan nama “Dardanella Gun”, karena dipakai dalam perang melawan Kerajaan Britania Raya di selat Dardanella pada tahun 1807. Bangsa-bangsa di Eropa juga mengenalnya dengan sebutan “Muhammad Gun”. Hanya mendengar namanya saja nyali para jenderal dan pasukan-pasukan Eropa saat itu hancur berkeping-keping.

          Senjata ini memiliki nama yang setara dengan kemampuannya. Dirancang pertama kali pada tahun 1450 oleh seorang insinyur bernama Munir Ali. Dengan panjang 518 cm (kaliber 8,2) dan berat 18,6 ton, senjata ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian laras yang digunakan untuk menembakkan peluru yang terbuat dari bola-bola granit raksasa dengan bobot sebesar 300 Kg hingga 1600 Kg, dan bagian selongsong yang dapat menampung 7 bola granit raksasa atau 15 bola granit ukuran kecil. Karena itulah dalam sehari meriam ini hanya bisa menembakkan paling maksimal 15 kali. Jangkauan tembak The Great Bombard sangatlah luar biasa pada saat itu, yaitu dapat mencapai jarak satu mil!

          The Great Bombard terbuat dari perunggu kualitas terbaik dan ditempa oleh para tukang besi terbaik saat itu, dan yang membuat meriam ini berbeda daripada meriam-meriam lainnya adalah ukiran seni yang mengandung unsur kebudayaan Islam pada masa itu.

2. Pedang Damaskus
          Saat Perang Salib, pasukan Eropa dikejutkan oleh pedang yg dimiliki oleh pasukan Arab dan Persia. Pedang mereka dengan mudah menembus baju zirah pasukan Crusader, bahkan mampu membelah tameng. Itulah pedang Damaskus.

          Pedang Damaskus merupakan pedang yg paling tajam di dunia, lebih tajam daripada katana Jepang maupun keris Indonesia. Hingga kini teknologi metalurgi yg paling canggih pun belum mampu membuat pedang yg lebih tajam dari Pedang Damaskus. Selain kuat, baja Damaskus juga sangat lentur, sehingga benar-benar sempurna untuk dijadikan pedang atau pisau. Pedang tersebut bahkan mampu membelah sutera yg dijatuhkan ke atasnya, juga mampu membelah pedang lain atau batu tanpa mengalami kerusakan sama sekali.

          Menurut national geographic, studi yang dilakukan terhadap pedang Damaskus ini mengungkapkan bahwa pedang legendaris tersebut mengandung nanowires, nanotube carbon, dan bahan-bahan mikro lainnya. Struktur yang rumit tersebut mungkin bisa menjelaskan mengapa pedang tersebut bisa menjadi sangat tajam. Bisa dikatakan para ilmuwan muslim di timur tengah telah menggunakan teknologi nano sejak seribu tahun yg lalu. Beberapa ahli metalurgi modern mengaku sudah berhasil membuat baja yg sangat mirip dengan baja Damascus , namun tetap belum berhasil meniru 100%.



3. Potasium Nitrat / Bubuk Mesiu (KNO3)


          Meski sejumlah pakar bersepakat bahwa mesiu (gunpowder) pertama kali ditemukan peradaban Cina pada abad ke-9 M. Namun, fakta sejarah juga menyebutkan bahwa ahli kimia Muslim bernama Khalid bin Yazid (wafat tahun 709 M) sudah mengenal potassium nitrat (KNO3)  bahan utama pembuat mesiu  pada abad ke-7 M. Dua abad lebih cepat dari Cina.

"Rumus dan resepnya dapat ditemukan dalam karya-karya Jabir Ibnu Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar Al-Razi (wafat tahun 932) dan ahli kimia Muslim lainnya," papar Prof Al-Hassan. Dari abad ke abad, istilah potasium nitrat di dunia Islam selalu tampil dengan beragam nama seperti natrun, buraq, milh al-ha'it, shabb Yamani, serta nama lainnya.

           Salah satu kelebihan peradaban Islam dibandingkan Cina dalam penguasaan teknologi pembuatan mesium adalah proses pemurnian potasium nitrat. Sebelum bisa digunakan secara efektif sebagai bahan utama pembuatan mesiu, papar Al-Hassan, potasium nitrat harus dimurnikan terlebih dahulu.

           Ada dua proses pemurnian potasium nitrat yang tercantum dalam naskah berbahasa Arab. Proses pemurnian yang pertama dicetuskan Ibnu Bakhtawaih pada awal abad ke-11 M. Dalam kitab yang ditulisnya berjudul Al-Muqaddimat yang disusun pada tahun 402 H/1029 M, Ibnu Bakhtawaih menjelaskan tentang pembekuan air dengan menggunakan potasium nitrat - yang disebut sebagai shabb Yamani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar